Pengungsi Korban Tsunami Dibayangi Penyakit Menular
Anak-anak yang kehilangan keluarganyan dan luka-luka akibat tsunami dirawat di gereja GKPM, Sikakap, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, Jumat (29/10). (ANTARA/Iggoy el Fitra)
Padang (ANTARA News) - Enam hari telah berlalu pascagulungan gelombang pasang tsunami "menghampiri" daratan dan menyapu dusun-dusun di Kepulauan Mentawai, Sumater Barat.

Kini, rasa takut dan cemas menghantui anak-anak di Bumi Sekkerei itu yang ikut merasakan dahsyatnya bencana yang menewaskan ratusan orang itu.

Batapa tidak, guncangan gempa berkekuatan 7,2 Skala Richter (SR) pada Senin (25/10) malam sekitar pukul 21.40 WIB yang disertai gulungan gelombang pasang air laut tsunami dengan ketinggian mencapai 12 meter itu telah memporak-porandakan sebagian besar permukiman di wilayah pantai itu.

Warga yang selamat, kini berdiam di pengungsian, ternyata bukan sesuatu yang membuat mereka, terutama kalangan anak-anak korban tsunami, bisa agak tenang.

Saat ini, para pengungsi khususnya anak-anak dibayangi-bayangi penyakit menular akibat lingkungan dan lokasi pengungsian yang kurang memadai.

Wilayah Mentawai juga merupakan satu wilayah yang masuk data endemis penyakit Malaria. Berbagai jenis penyakit lain juga berpotensi muncul dari bekas-bekas dataran yang disapu gelombang tsunami.

Kondisi itu, diperparah memasuki hari keenam pascagempa dan tsunami itu, bau menyengat dari korban-korban yang tewas belum ditemukan kian mencuat.

Hingga kini, masih tercatat 96 orang korban hilang yang belum ditemukan jasadnya, sedangkan sebanyak 446 mayat telah ditemukan dan dikubur secara massal.

Data posko utama tanggap darurat bencana tsunami Mentawai, di Kecamatan Sikakap, anak-anak mulai terserang penyakit gatal-gatal, inspeksi saluran pernapasan akut (ISPA), demam.

Data Posko Tanggap Darurat di Kecamatan Sikakap, Mentawai, Jumat (29/10) malam, menyebutkan banyak anak-anak di pengungsian terserang penyakit gatal-gatal, ISPA dan demam.

Arnalia, salah satu petugas posko tanggap darurat di Sikakap ketika dikonfirmasi membenarkan bahwa anak-anak sebagian sudah terserang penyakit demam, gatal-gatal dan ISPA.

Penyakit yang menyerang tak hanya terhadap anak-anak, tetapi juga kaum ibu-ibu dan pengungsi dewasa serta masyarakat yang di Sikakap.

Bahkan, ada ibu-ibu yang histeris dan pingsang karena anak-anak, suami dan anggota keluarganya meninggal dihantam gelombang tsunami yang terjadi pada Senin sekitar pukul 21.40 WIB.

Menurut dia, banyak anak-anak dan pengungsi yang dewasa terserang penyakit, karena ada sebagian korban tsunami lama terdampar menjelang dievakuasi.

Kondisi itu, dampak korban sebagian banyak terminum air laut sehingga berdampak kepada fisiknya selama di pengungsian. Kini, korban yang selama dari gulungan gelombang tsunami masih berada di pengungsian pada wilayah perkampungannya --ke arah perbukitan--.